02 Julai 2009

Bab 2-Novel Ziarah

Sudah tiga hari berturut-turut dia mengapur tembok luar perkuburan kotapraja itu. Tiga hari pula lamanya sang opseter terus-menerus mengintipnya dari celah-celah pintu dan jendela rumah dinasnya di kompleks perkuburan itu.
Dia sang opseter makin gelisah. Sebab sedikit pun tak ada dilihatnya yang ganjil patut mendapat perhatian khas pada tingkah laku pengapur itu. Dia biasa saja, datang tiap hari lepas sedikit tengahari, lalu terus mengapur tanpa henti-hentinya.
Menjelang benamnya matahari, dia berhenti kerja, membenahkan alat-alatnya, menagih upahnya, pergi tenang sambil bersiul-siul ke kedai arak. Dan menurut berita orang-orang di situ, sedikit pun tingkah-lakunya tak menunjukkan keanehan apa-apa-yang sendiri sebenarnya sudah merupakan keanehan tersendiri! Sebelum dia memborong pekerjaan mengapur tembok-tembok luar perkuburan itu, orang-orang di kedai sudah biasa dengan tingkah anehnya. Kini dia jadi perhatian umum, perbincangan seluruh kota. Dengan was-was mereka mengamati tingkahnya yang sudah tak aneh lagi itu. Seolah-olah ketakanehan adalah sendiri keanehan!
-
terus membaca Ziarah sambil menunaikan kerja asasi...

Tiada ulasan:

Catat Ulasan